Banyak
dari kita yang sudah mengenal istilah ¨evolusi¨ dalam dunia ilmiah.
Namun tidak banyak mungkin yang sampai pada pemahaman bahwa ¨evolusi¨
punya ruang lingkup yang jauh lebih luas daripada pewarisan dan
perubahan molekul-molekul genetik.
Dalam
buku ¨Tradisi Hewan, Warisan Perilaku dalam Evolusi¨, pengajar
filsafat, Eva Jablonka dan ilmuwan zoologi, Eytan Avital memberikan
contoh-contoh yang menarik dan luar biasa mengenai keberadaan
´kebudayaan´ dalam hewan.
Konsep Darwin mengenai karakter genetik dalam bentuk variasi fisik mahluk hidup, serta konsep Lamarck mengenai adaptasi terus-menerus sebagai cara untuk bertahan hidup, ternyata belum memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap berbagai perilaku hewan di sekitar kita.
Perilaku kawanan serigala dalam berburu, pembagian tugas pada biawak ketika menjebak mangsa, kerjasama primata dalam menghindari ancaman predator hingga selera makan berbagai binatang pengerat, berada dalam wilayah abu-abu yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu genetika.
Konsep Darwin mengenai karakter genetik dalam bentuk variasi fisik mahluk hidup, serta konsep Lamarck mengenai adaptasi terus-menerus sebagai cara untuk bertahan hidup, ternyata belum memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap berbagai perilaku hewan di sekitar kita.
Perilaku kawanan serigala dalam berburu, pembagian tugas pada biawak ketika menjebak mangsa, kerjasama primata dalam menghindari ancaman predator hingga selera makan berbagai binatang pengerat, berada dalam wilayah abu-abu yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu genetika.
Berangkat
dari berbagai fenomena ini, banyak ilmuwan mulai dapat menerima
definisi ´kebudayaan´ dalam bentuk keberadaan belajar sosial serta
imitasi pada dunia hewan.
Perilaku yang telah terbukti dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup pada berbagai spesies ternyata tidak diwariskan secara genetik. Ini adalah sebuah ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya telah lama diketahui oleh peternak di seluruh dunia.
Hewan-hewan ternak telah memiliki perilaku (dan bahkan ciri-ciri fisik) yang sangat membedakan mereka dengan spesies yang sama di alam liar. Perbedaan ini tentunya akan disertai dengan keunggulan dan kerugian dalam hal kemungkinan bertahan hidup.
Perilaku yang telah terbukti dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup pada berbagai spesies ternyata tidak diwariskan secara genetik. Ini adalah sebuah ilmu dan pengetahuan yang sebenarnya telah lama diketahui oleh peternak di seluruh dunia.
Hewan-hewan ternak telah memiliki perilaku (dan bahkan ciri-ciri fisik) yang sangat membedakan mereka dengan spesies yang sama di alam liar. Perbedaan ini tentunya akan disertai dengan keunggulan dan kerugian dalam hal kemungkinan bertahan hidup.
¨Untuk memahami individu
kita harus mempelajari keadaan kelompoknya; untuk memahami keadaan kelompoknya kita harus mempelajari individu-individu yang interaksi perilakunya menyusun kelompok tersebut¨ (Solomon Asch).
Apa
yang berlaku di kerajaan hewan ternyata tidak jauh berbeda dengan apa
yang kita saksikan sehari-hari sebagai spesies manusia di Bumi.
Fakta
materil berupa kode genetik bahwa tanaman ganja memiliki kedekatan yang
luar biasa dengan spesies manusia tidak perlu lagi diperdebatkan dalam
ruang ilmiah.
Pengaruh ganja dalam menjaga kesetimbangan holistik
(menyeluruh) berbagai sistem tubuh manusia adalah sebuah kebudayaan yang
tengah berada dalam bahaya.
Seiring
dengan tumbuh-kembang imperialisme ekonomi lewat pemilik
industri-industri farmasi raksasa, ganja dijadikan tanaman yang
menakutkan dalam kesadaran manusia.
Media, institusi, beserta orang-orang yang menjadi corong pemikirannya menjadi bagian dari alat-alat yang merubah drastis kebudayaan manusia di muka bumi dalam hal paling mendasar, yaitu evolusi.
Alih-alih hidup bebas seperti hewan di alam liar, saat ini kita memiliki derajat kebebasan yang lebih rendah daripada para penghuni hutan dalam hal mengobati diri sendiri.
Undang-undang Narkotika yang dicetuskan oleh keserakahan imperialisme industri farmasi menjadi ancaman terbesar evolusi spesies manusia saat ini.
Selain perang, senjata pemusnah massal dan bencana alam, Undang-undang Narkotika justru menjadi ancaman nyata sehari-hari yang dihadapi seluruh anggota spesies manusia.
Namun dalam tingkat kesadaran, ancaman ini hanya dirasakan oleh anggota spesies kita (manusia) yang telah menghidupkan kembali ´kesadarannya´ dengan berinteraksi langsung secara molekular dengan tanaman yang sangat menyehatkan seperti ganja.
Teori seleksi spesies seperti yang telah dicetuskan Darwin, bekerja dengan sangat kejam pada manusia modern. Pada peradaban saat ini, telah muncul berbagai sub-spesies manusia dengan kebudayaan (pembelajaran sosial dan imitasi) yang sangat beraneka ragam.
Namun
keragaman ini selalu berusaha dikontrol dan dikendalikan oleh
imperialisme, pengembangan intensif satu spesies tertentu dan
penghambatan yang lain, serta kekangan pilihan pengobatan oleh Undang
undang narkotika tidak ada bedanya dengan rasisme serta pemusnahan
etnis.
Dan saat ini, kita semua berada di dalamnya tanpa kecuali. Segala bentuk kekhawatiran moral, kesehatan dan prinsip-prinsip universal tidak memiliki makna mendasar tanpa menyadari tingkat dan intensitas manipulasi kesadaran yang telah ¨dibudidayakan¨ oleh imperialisme.
Dalam hal ini tanaman ganja telah bertahan dengan hebat dalam kebudayaan kita, dan akan terus tumbuh berkembang sesuai dengan takdirnya dalam hirarki perkembangan sejarah evolusi manusia.
Dan saat ini, kita semua berada di dalamnya tanpa kecuali. Segala bentuk kekhawatiran moral, kesehatan dan prinsip-prinsip universal tidak memiliki makna mendasar tanpa menyadari tingkat dan intensitas manipulasi kesadaran yang telah ¨dibudidayakan¨ oleh imperialisme.
Dalam hal ini tanaman ganja telah bertahan dengan hebat dalam kebudayaan kita, dan akan terus tumbuh berkembang sesuai dengan takdirnya dalam hirarki perkembangan sejarah evolusi manusia.
Bio Penulis: Ari Widi (Awe)
Tengah berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Pernah menulis buku berjudul ¨200 Rekor Menakjubkan dari Bumi Nusantara¨. Punya hobi menonton, menikmati musik, membaca, menulis, menggambar, dan jalan-jalan menikmati alam Indonesia.Sumber:
- Eytan Avital and Eva Jablonka. (2000) Animal Traditions: Behavioural Inheritance in Evolution. Cambridge University Press. ISBN 0-521-66273-7
- Grotenhermen, F, Russo, EB. Cannabis and cannabinoids: Pharmacology, toxicology, and therapeutic potential. New York: Haworth Integrative Healing Press 2002.
0 komentar "UU Narkotika = Genosida[Ganja]", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Seorang blogger sejatinya selalu memberikan komentar yang terbaik serta membangun,terima kasih sobat atas kunjunganya.Sukses Selalu Blogger Indonesia